Di tengah pemberitaan pengemis bergaji Rp 25 juta, kisah-kisah
orang yang memerangi kemiskinan dengan cara terhormat menjadi sangat
berharga. Tidak semua orang miskin bercita-cita jadi pengemis. Lebih
banyak yang masih mengandalkan kerja keras untuk sukses hidup di dunia.
Salah
satunya adalah seorang anak supir angkutan kota asal Kota Malang, Jawa
Timur, bernama Iwan Setyawan. Anak miskin bisa jadi 'middle name' nya
saat dia kecil. Namun kini 'perantau sukses' adalah merk terbarunya.
Bermula
dari mimpinya untuk bisa punya kamar sendiri. Iwan bosan dengan rumah
kontrakan sempit yang dihuni tujuh anggota keluarganya. Pria kelahiran
tahun 1974, belajar dengan rajin. Susah payah orang tua membiayainya
menamatkan kuliah di Institut Pertanian Bogor. Namun gajinya selama tiga
tahun sebagai data analyst tetap belum memuaskan. Hingga dia pun
mencoba merantau dari Kota Apel Malang ke kota 'Big Apple', New York
City di Amerika sana.
Malang melintang, Iwan memacu karier selama
10 tahun. Hingga akhirnya dia menjabat Director Internal Client
Management Data Analysist and Consulting Nielsen Consumer Research New
York. Hanya cinta yang akhirnya membuat dia kembali ke Indonesia.
Di
sini, saya ingin berterima kasih pada semua orang yang mendukung saya.
Dan saya ingin melakukan sesuatu yang touch people (menyentuh langsung
persoalan manusia), ungkapnya saat hadir di HUT ke-11 kampus UIN
Syarifhidayatullah, Tangerang, beberapa waktu lalu.
Iwan pun merekam jejak perjalanan hidupnya dalam novel '9 Summers 10 Autumns' yang laris di pasaran.
"Semakin
kita jauh merantau itu membesarkan hati. Merantau itu membuat saya
menyadari semakin jernih rasa cinta kita terhadap kampung halaman dan
keluarga," tambahnya.
"Di Amerika, east coast ke west coast
bahasanya Inggris semua. Makanannya burger semua. Look at Indonesia, ke
Yogya makan Gudeg and than di Sunda makan ijo - ijoan, betapa unique
differencess yang membuat Indonesia indah dan membuat kita semakin cinta
negeri kita saat merantau," cerita Iwan.
Sebagai sesama
perantau, Menteri Perdagangan Gita Wirjawan juga tak mau kalah
mengungkapkan pentingnya kembali ke tanah air setelah memetik sukses di
negeri orang. Gita yang duduk satu sofa dengan Iwan saat acara
berlangsung,
"Jangan sekali - kali kita lupa dengan akar kita,"
timpal Gita yang 12 tahun hidup di luar negeri dan memutuskan kembali ke
Indonesia untuk melakukan 'pay back' atas semua sukses hidupnya.
"Saya
pernah merasakan tinggal di Bangladesh dan India, kemudian ke Amerika.
Tapi selama 12 tahun saya merantau di luar sana, saya tetap berpikir
untuk kembali ke Indonesia. You never leave your roots," papar Gita
Wirjawan kepada ratusan mahasiswa.
Mereka sepakat menjadi
perantau di negeri orang membuat kita belajar menghargai kehidupan dan
lebih mencintai negeri asal kita. Indonesia.
Edit by Ariq M. Zulfikar
Mugiya aya mangpaatna (Semoga ada manfaatnya) -MZ-

No comments:
Post a Comment