29 September, 2013

Tiga Kakak Beradik dan Pondok Kecil

Hai Sobat pembaca,, pada postingan ke-5 ini kembali dengan Cerita Fiktif,, cerita ini bermula ketika saya membaca Majalah Bobo ketika saya SD,, pada keterangan di Majalahnya,, ini adalah suatu Dongeng dari Latvia, "How The Sons Filled The Hu" yang diceritakan oleh Yudi Suharso di Majalah Bobo (Reposter yang baik mencantumkan Sumber Bro!!). Dan menurut Saya cerita ini memang harus dishare karna cerita ini mengandung makna yang cukup berarti.

Langsung saja pada awal cerita... 

Pondok kecil
Disuatu desa kecil dekat ibu kota Latvia, Riga, hiduplah seorang ayah dengan ketiga putranya. Orang-orang di desa menganggap si Sulung dan si Tengah sangat pandai. Sedangkan si Bungsu dianggap agak bodoh.

Suatu hari, si Ayah membuat pondok kecil di ladangnya. Ketika pondok itu sudah jadi, si Ayah mengatakan bahwa Pondok tersebut akan diberikan kepada salah satu dari anaknya. Syaratnya adalah mereka (ketiga anaknya) harus mengisi pondok ini dengan sesuatu sampai penuh,, tidak boleh ada sudut yang tak terisi. Dan jika ada yang berhasil memenuhi syarat tersebut,, maka dialah yang akan mendapatkan pondok tersebut.
Si Sulung & Kuda besarnya

Mendengar itu, tanpa ragu-ragu si Sulung berkata bahwa dia tahu apa yang bisa mengisi pondok ini sampai penuh. Kemudian Si Sulung bergegas pergi. Ternyata Si Sulung membeli seekor kuda besar. Ia berusaha memasukan kuda itu ke dalam pondok. Kuda besar tersebut memang bisa mengisi sebagian besar ruang di Pondok tersebut. Namun masih ada celah-celah kecil yang tak terisi. Artinya si Sulung GAGAL!!!

Si Tengah & jeraminya

Setelah melihat Si Sulung yang gagal, Si Tengah lalu berkata seperti si Sulung bahwa dia tahu benda apa yang bisa mengisi pondok ini sampai penuh. Si Tengah pergi ke peternakan dan mengambil satu gerobak penuh jerami. Ia lalu mengisi pondok kecil itu dengan jerami-jerami. Namun meski pondok itu sudah terisi penuh jerami, ternyata masih banyak sudut pondok yang belum terisi. Dan artinya Si tengah pun GAGAL!!!




Sekarang giliran Si Bungsu yang sering dianggap paling bodoh. " Mudah-mudahan saya beruntung" katanya. Lalu Ia meninggalkan pondok itu dan pulang kerumahnya. Di kamarnya, lalu Ia merenung memikirkan cara untuk mengisi pondok kecil buatan ayahnya tersebut. Saat sedang berfikir, ia melihat pantulan cahaya matahari senja yang akan terbenam. Cahaya itu masuk ke celah-celah jendela kamarnya. Seketika Si Bungsu berseru " Sekarang, aku tahu ". Lalu si Bungsu pergi membeli sebatang lilin besar. Ia lalu bergegas menemui ayah dan kakaknya yg berada di pondok. Saat hari sudah gelap Si Bungsu masuk ke pondok dan menyalakan lilin. Seketika cahaya lilin menerangi seluruh ruangan di dalam pondok!!!

Ayah dan keduan Kakaknya pun kagum dengan kecerdikan si Bungsu. Cahaya lilin bisa mengisi seluruh ruang dalam pondok kecil itu. Tak ada satu sudutpun yang terlewatkan. Si  Bungsu akhirnya berhasil mendapatkan pondok kecil buatan Arahnya tersebut. Dan yang terpenting, mulai saat itu, tak ada lagi orang yang menganggapnya bodoh.
(Dongeng dari Latvia, "How The Sons Filled The Hu." Diceritakan oleh Yudi Suharso)

Dan begitulah ceritanya,,, untuk bahasan di postingan ke-5 ini tentang "Tiga Kakak Beradik & Pondok Kecil". Pada cerita ini terdapat beberapa makna, yaitu :
  • Memikirkan terlebih dahulu sebelum melakukan sesuatu
Ketika giliran Si Bungsu, dia memikirkan dahulu dan merenungkanya, lain dengan kedua kakanya tersebut yang langsung membawa kuda dan jerami dengan tidap dipikir dahulu
  • Tidak boleh menganggap remeh orang lain
Pada cerita ini orang-orang Desa menganggap Si Sulung dan Si Tengah itu pandai, dan Si Bungsu itu dianggap agak bodoh. Dan ternyata dengan kecerdikan si Bungsu dia dapat mendapatkan pondok dan membuat anggapan orang-orang Desa itu salah.

Mungkin hanya begitu saja yang bisa saya sampaikan, untuk sumber,, dikutip dari Bobo edisi 11 (25 Juni 2009). Mohon maaf bila ada kesalahan.

Mugiya aya mangpaatna (Semoga ada manfaatnya) -MZ-



No comments:

Post a Comment