Hai Sobat pembaca,, pada postingan
ke-5 ini kembali dengan Cerita Fiktif,, cerita ini bermula ketika saya
membaca Majalah Bobo ketika saya SD,, pada keterangan di Majalahnya,,
ini adalah suatu Dongeng dari Latvia, "How The Sons Filled The Hu" yang
diceritakan oleh Yudi Suharso di Majalah Bobo (Reposter yang baik
mencantumkan Sumber Bro!!). Dan menurut Saya cerita ini memang harus
dishare karna cerita ini mengandung makna yang cukup berarti.
Langsung saja pada awal cerita...
![]() |
| Pondok kecil |
Disuatu desa
kecil dekat ibu kota Latvia, Riga, hiduplah seorang ayah dengan ketiga
putranya. Orang-orang di desa menganggap si Sulung dan si Tengah sangat
pandai. Sedangkan si Bungsu dianggap agak bodoh.
Suatu
hari, si Ayah membuat pondok kecil di ladangnya. Ketika pondok itu
sudah jadi, si Ayah mengatakan bahwa Pondok tersebut akan diberikan
kepada salah satu dari anaknya. Syaratnya adalah
mereka (ketiga anaknya) harus mengisi pondok ini dengan sesuatu sampai
penuh,, tidak boleh ada sudut yang tak terisi. Dan jika ada yang
berhasil memenuhi syarat tersebut,, maka dialah yang akan mendapatkan
pondok tersebut.
![]() |
| Si Sulung & Kuda besarnya |
Mendengar
itu, tanpa ragu-ragu si Sulung berkata bahwa dia tahu apa yang bisa
mengisi pondok ini sampai penuh. Kemudian Si Sulung bergegas pergi.
Ternyata Si Sulung membeli seekor kuda besar. Ia berusaha memasukan kuda
itu ke dalam pondok. Kuda besar tersebut memang bisa mengisi sebagian
besar ruang di Pondok tersebut. Namun masih ada celah-celah kecil yang
tak terisi. Artinya si Sulung GAGAL!!!
![]() |
| Si Tengah & jeraminya |
Setelah
melihat Si Sulung yang gagal, Si Tengah lalu berkata seperti si Sulung
bahwa dia tahu benda apa yang bisa mengisi pondok ini sampai penuh. Si
Tengah pergi ke peternakan dan mengambil satu gerobak penuh jerami. Ia
lalu mengisi pondok kecil itu dengan jerami-jerami. Namun meski pondok
itu sudah terisi penuh jerami, ternyata masih banyak sudut pondok yang
belum terisi. Dan artinya Si tengah pun GAGAL!!!
Sekarang
giliran Si Bungsu yang sering dianggap paling bodoh. " Mudah-mudahan
saya beruntung" katanya. Lalu Ia meninggalkan pondok itu dan pulang
kerumahnya. Di kamarnya, lalu Ia merenung memikirkan cara untuk mengisi
pondok kecil buatan ayahnya tersebut. Saat sedang berfikir, ia melihat
pantulan cahaya matahari senja yang akan terbenam. Cahaya itu masuk ke
celah-celah jendela kamarnya. Seketika Si Bungsu berseru " Sekarang, aku
tahu ". Lalu si Bungsu pergi membeli sebatang lilin besar. Ia lalu
bergegas menemui ayah dan kakaknya yg berada di pondok. Saat hari sudah
gelap Si Bungsu masuk ke pondok dan menyalakan lilin. Seketika cahaya
lilin menerangi seluruh ruangan di dalam pondok!!!
Ayah
dan keduan Kakaknya pun kagum dengan kecerdikan si Bungsu. Cahaya lilin
bisa mengisi seluruh ruang dalam pondok kecil itu. Tak ada satu
sudutpun yang terlewatkan. Si Bungsu akhirnya berhasil mendapatkan
pondok kecil buatan Arahnya tersebut. Dan yang terpenting, mulai saat
itu, tak ada lagi orang yang menganggapnya bodoh.
(Dongeng dari Latvia, "How The Sons Filled The Hu." Diceritakan oleh Yudi Suharso)
Dan
begitulah ceritanya,,, untuk bahasan di postingan ke-5 ini tentang
"Tiga Kakak Beradik & Pondok Kecil". Pada cerita ini terdapat
beberapa makna, yaitu :
- Memikirkan terlebih dahulu sebelum melakukan sesuatu
Ketika giliran Si Bungsu, dia
memikirkan dahulu dan merenungkanya, lain dengan kedua kakanya tersebut
yang langsung membawa kuda dan jerami dengan tidap dipikir dahulu
- Tidak boleh menganggap remeh orang lain
Pada cerita ini orang-orang
Desa menganggap Si Sulung dan Si Tengah itu pandai, dan Si Bungsu itu
dianggap agak bodoh. Dan ternyata dengan kecerdikan si Bungsu dia dapat
mendapatkan pondok dan membuat anggapan orang-orang Desa itu salah.
Mungkin
hanya begitu saja yang bisa saya sampaikan, untuk sumber,, dikutip dari Bobo edisi 11 (25 Juni 2009). Mohon maaf bila ada kesalahan.
Mugiya aya mangpaatna (Semoga ada manfaatnya) -MZ-




No comments:
Post a Comment